Tsansa, Ritual Mengecilkan Ukuran Kepala Musuh
DivisiUnik - Tsansa, Ritual Mengecilkan Ukuran Kepala Musuh . Suku Indian suku asli penghuni daratan Amerika memiliki berbagai macam ritual...
http://divisiunik.blogspot.com/2013/08/tsansa-ritual-mengecilkan-ukuran-kepala.html
DivisiUnik - Tsansa, Ritual Mengecilkan Ukuran Kepala Musuh. Suku Indian suku asli penghuni daratan Amerika memiliki berbagai macam ritual unik yang mengerikan. Ritual tersebut biasanya digunakan untuk mengusir penjelajah dari kawasan barat Amerika. Dua hal ritual utama yang paling ditakuti adalah ritual menguliti kulit kepala (scalp) dan ritual yang bisa membuat ukuran kepala menjadi lebih kecil seukuran bola tenis, atau bahkan lebih kecil lagi.
Tidak semua suku lokal Amerika asli ini mempraktekkan ritual mengerikan tersebut. Suku Indian wilayah selatan adalah suku yang paling sering menerapkan ritual tersebut. Sebut saja suku Shuar, Achuar, Huambisa, dan suku Aguaruna yang seringkali mencari kepala manusia untuk disusutkan. Ritual tersebut mereka sebut dengan julukan Tsansa.
Dalam jurnal edisi terbaru Archaeological and Anthropoligcal Sciences, para peneliti mengungkapkan bahwa kisah legenda suku pemburu kepala di Amazon memang nyata. Mereka menemukan kecocokan antara DNA kepala yang telah disusutkan dengan DNA manusia sangatlah cocok. Proses penyusutan kepala tersebut tidak dilakukan dengan cara magis. Mereka menghilangkan tengkorak kepala(setelah memenggal kepala musuh). Sayatan-sayatan kecil dilakukan di kepala untuk mengeluarkan daging yang menempel didalam kepala. Sebuah biji merah ditempatkan di bawah kelopak mata dan dijahit tertutup. Kemudian bola kayu dimasukkan sebagai pengganti tengkorak kepala.
Lalu bentuk kepala yang baru itu, direbus ke dalam air yang berisi ramuan-ramuan yang mengandung tanin. Setelah selesai perebusan tersebut dilakukan pemanasan dan perayaan spiritual. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengunci roh jahat musuh. Proses-proses tersebut juga untuk melindungi pembunuhnya dari balas dendam roh musuh.
Pada tahun 1930-an orang kulit putih pendatang dari Eropa gemar sekali mengoleksi tsansa ini. Sehingga banyak suku indian yang sering melakukan proses biadab ini. Bahkan saking banyaknya harga tsansa pada masa itu hanya dibanderol kira-kira 25$ setara dengan 250.000 IDR. Meningkatnya permintaan di pasaran juga mengakibatkan orang-orang di Panama dan Kolombia membuat Tsansa palsu. Mereka membuat tsansa palsu tersebut dari kepala orang yang sudah benar-benar meninggal atau kepala monyet. Kate Duncan, seoarang peneliti memaparkan bahwa "Sekitar 80% tsansa di museum-museum dan para kolektor adalah palsu".
Tidak semua suku lokal Amerika asli ini mempraktekkan ritual mengerikan tersebut. Suku Indian wilayah selatan adalah suku yang paling sering menerapkan ritual tersebut. Sebut saja suku Shuar, Achuar, Huambisa, dan suku Aguaruna yang seringkali mencari kepala manusia untuk disusutkan. Ritual tersebut mereka sebut dengan julukan Tsansa.
Dalam jurnal edisi terbaru Archaeological and Anthropoligcal Sciences, para peneliti mengungkapkan bahwa kisah legenda suku pemburu kepala di Amazon memang nyata. Mereka menemukan kecocokan antara DNA kepala yang telah disusutkan dengan DNA manusia sangatlah cocok. Proses penyusutan kepala tersebut tidak dilakukan dengan cara magis. Mereka menghilangkan tengkorak kepala(setelah memenggal kepala musuh). Sayatan-sayatan kecil dilakukan di kepala untuk mengeluarkan daging yang menempel didalam kepala. Sebuah biji merah ditempatkan di bawah kelopak mata dan dijahit tertutup. Kemudian bola kayu dimasukkan sebagai pengganti tengkorak kepala.
Lalu bentuk kepala yang baru itu, direbus ke dalam air yang berisi ramuan-ramuan yang mengandung tanin. Setelah selesai perebusan tersebut dilakukan pemanasan dan perayaan spiritual. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengunci roh jahat musuh. Proses-proses tersebut juga untuk melindungi pembunuhnya dari balas dendam roh musuh.
Pada tahun 1930-an orang kulit putih pendatang dari Eropa gemar sekali mengoleksi tsansa ini. Sehingga banyak suku indian yang sering melakukan proses biadab ini. Bahkan saking banyaknya harga tsansa pada masa itu hanya dibanderol kira-kira 25$ setara dengan 250.000 IDR. Meningkatnya permintaan di pasaran juga mengakibatkan orang-orang di Panama dan Kolombia membuat Tsansa palsu. Mereka membuat tsansa palsu tersebut dari kepala orang yang sudah benar-benar meninggal atau kepala monyet. Kate Duncan, seoarang peneliti memaparkan bahwa "Sekitar 80% tsansa di museum-museum dan para kolektor adalah palsu".